18thnplus | Cerita Dewasa | Salon nikmat - Aku bekerja disebuah salon, mulanya servis salon hanya untuk perawatan muka dan rambut. Tapi atas permintaan customer, akhirnya salon memberi servis pijat juga. Customernya sebenarnya lebih banyak ibu2 katimbang bapak2nya. Ketika servis pijat mulai ditawarkan, belum banyak customer yang mau. Aku memang bisa melakukan servis apa saja, selain perawatan rambut dan muka, pijat pun ok saja.
Suatu sore ada om om yang mampir ke salon, minta dipotong rambutnya. Karena aku tidak sedang mengerjakan customer, maka om tersebut aku yang melayani. Sambil memotong rambutnya, aku menawarkan pijat. "Siapa yang mijet", tanya om Toni, demikian dia mengaku namanya. "Ines om", jawabku. "emangnya kamu udah pengalaman urusan mijet lelaki. kan biasanya disini customernya prempuan melulu", katanya sambil tersenyum. "Mijet lelaki atau prempuan kan sama saja om", jawabku. "Memangnya istimewanya apa pijet disini", dia bertanya, kelihatan sudah mulai minat. "Pijet ditambahi dengan scrub seluruh badan, sekalian perawatan badan", jawabku. "Scrub seluruh badan, telanjang dong. Tempatnya dimana", katanya lagi sambil tersenyum nakal. "Diatas om, ada ruang khusus untuk mijet, tertutup kok om, jadi ada privacynya. Ya gak telanjang lah om, emangnya mau ngapain pake telanjang segala", jawabku menerangkan. "Kalo gak telanjang, gak bisa seluruh tubuh dong, katanya seluruh tubuh", sanggahnya lagi. "Om pake cd saja, kalo mau telanjang, mijetnya gak disini dong om", kataku sambil tersenyum genit. "O, gitu ya, boleh deh, abis potong mijet. kamu ya yang mijet", akhirnya dia memutuskan. "Emangnya om mau dipijet sama siapa, kan yang lain lagi megang tamu", kataku sambil menyelesaikan pekerjaan memotong.
Setelah beres, aku mengajak om Toni ke lantai atas, dan masuk ke ruang pijet. Pintu kututup, dia malah menguncinya, "Biar privacy". Aku biarkan saja. Kuberikan handuk dan dia menyelinap masuk re ruang ganti yang hanya dialingi dengan korden saja. Dia keluar dengan membelitkan handuk di pinggangnya, "Kamu gak buka baju Nes, ntar keringatan". Aku membuka baju dan jins ku. Aku hanya mengenakan tank top pendek dan celana pendek ketat. Om Toni membelalak melihat bodiku. "Nes, kamu seksi sekali, om yang mijet kamu aja ya", katanya sambil menelungkup didipan. Aku segera membalurkan scrub kepahanya dan mulai memijat sambil mengurutkan scrubnya. Pijatanku makin keatas, sampai batas handuk, kemudian langsung ke pinggang, terus sampe ke pundak. Setelah selesai, scrub aku bersihkan dengan anduk basah. "Depannya enggak Nes, sekalian aja", pintanya sambil membalikkan badan.
Aku terkejut ketika dia sudah berbaring telentang, kontolnya nongol dari lipatan handuknya, rupanya dia gak pake cd lagi. Kontolnya besar dan panjang dan sudah keras sepertinya. "Ih om, kok ngaceng sih", kataku genit. "Berdua sama cewek cakep dan seksi kaya kamu, mana bisa nahan napsu. Remes kontol om aja ya Nes", katanya sambil menarik tanganku dan diarahkan ke kontolnya. Aku menurut saja, langsung kubuka lipatan handuknya, sehingga terbukalah akses ke kontolnya. Kuremes dan kukocok pelan, "om besar banget kontolnya, panjang lagi. Ngacengnya keras banget". "emangnya Ines belum pernah ngeliat kontol besar", jawabnya. "Udah sih om, tapi yang sebesar kontol om belum", napsuku bangkit juga, sehingga kocokanku makin cepat. Aku emmang suka dengan lelaki yang kontolnya besar seperti ini. Dia segera duduk dan memeluk aku. Bibirku langsung diciumnya. "Om, jangan disini, om", aku menghindar. "Kalo ditempat lain Ines mau kan", katanya sambil turun dari dipan. Dia segera mengenakan kembali pakaiannya, "Ines bubar salon jam berapa, kita ke motel yuk". "Sekarang udah waktunya pulang sih om. Kok di motel, om", kataku genit sambil mengenakan pakaian luarku lagi. "Yah kalo mau all night ya cek in di hotel aja ya", dia segera keluar dari ruang pijet dan turun ke lantai dasar, "Om tunggu dipengkolan depan ya". AKu mengantarkan ke kasir, dia membereskan pembayaran dan keluar salon. Segera aku beres2, dan meninggalkan salon yang sudah mulai sepi karena sudah waktunya jam tutup.
Aku berjalan menuju pengkolan jalan, dibawah pohon kulihat ada mobil menunggu. Segera aku menghampiri mobil, om Toni senyum sambil membukakan pintu' "Kita makan dulu ya Nes, laper nih". "Iya biar om kuat nanti. Om, beliin Ines pakaian dulu ya, buat besok kerja, kan katanya mau all night sama om", pintaku. Dengan cepat mobil melaju ke department store yang cukup tenama yang letaknya tidak berapa jauh dari salon tempat aku bekerja. Aku beli beberapa potong pakaian dan juga lingeri yang seksi. Kemudian langsung menuju ke hotel. "Katanya mau makan, om", tanyaku. "Beli di hotel aja", jawabnya. "Kan mahal om", kataku lagi. "Buat Ines apa sih yang mahal", katanya sambil tersenyum.
Sudah jam 7 malam. Sampai di hotel dan masuk ke kamar, aku dipersilahkan untuk mandi duluan, "Kamu mau makan apa saja kan Nes, om mau pesan room service". "Iya om", sambil masuk kamar mandi membawa lingeri dan daleman seksi yang kubeli tadi. Ketika aku mandi, ternyata pesanan makanan sudah diantar. Aku keluar kamar mandi memakai lingeriku. Bentuknya seperti daster yang tipis, dalemannya aku cuma mengenakan cd minim yang tipis, sewarna dengan luarnya. Om Toni membelalak melihat aku, "Nes, kamu napsuin sekali, bisa saja kamu merangsang napsu om. Udah pengalaman urusan rangsang merangsang ya Nes". "Pengalaman sih enggak om, tapi ...", jawabku genit. "Dah sering main sama om om ya Nes, asik dong kita malam ini, kamu makan dulu deh, om mau mandi", katanya sambil masuk kamar mandi. "Om gak makan", tanyaku. "Sudah, sambil nunggu kamu mandi", jawabnya, lalu menghilang ke kamar mandi. Memang dimeja sudah ada 1 piring kosong. Om Toni beli sate kambing, biar hot kali. Aku segera makan sate kambing bagianku. Selesai makan, om Toni keluar dari kamar mandi hanya dengan lilitan handuk dipinggang. Kontolnya tampak menyembul dari balik handuknya.
Lampu kamar segera dipadamkannya. Yang menyala sekarang hanya lampu tidur yang temaram. Biar lebih romantis, katanya. Dia segera membaringkan tubuhnya disampingku. Dia menggeliat dan menghadap ke arahku. Aku menggeser badanku mendekati om Toni. Kontolnya langsung melonjak begitu bersentuhan dengan lenganku. Aku berbaring diam di sampingnya. Tiba-tiba om Toni memeluk dadaku. “Kenapa om, dingin yaaa……..”, kataku, dia meluncurkan tangan kirinya ke atas kepalaku. Dengan reflek aku mengangkat kepalaku dan tangannya jadi memeluk kepalaku. Dengan manja aku menyandarkan kepalaku ke bahu kirinya. Dia mengelus kepalaku dengan lembut. Diciuminya rambut dan kepalaku dengan lembut. Dia semakin mempererat pelukannya. Tiba tiba dia melingkarkan kakinya ke pahaku. Sehingga pahaku menyentuh kontolnya. "Om…”, desahku sambil menengadahkan wajahku ke wajahnya. Dia segera memagut bibirku. Lama bibir kami berpagutan. Kami sampai terengah-engah karena terlalu bersemangatnya berciuman. Kami berhenti berciuman karena sudah tidak bisa bernafas lagi. Setelah menarik nafas sebanyak-banyaknya, kami saling berpandangan, dan tersenyum. Dia kembali merenggut lenganku dan cepat memagut bibirku. aku layani cumbuan nya. Dia remas-remas toketku yang montok. Aku mendengus-dengus dan seperti kejang-kejang waktu dia memlelintir pentilku. Dia pelan2 mengangkat lingeri melewati perutku dan kemudian meloloskannya melewati kepalaku. Aku tertunduk ketika lingeri telah terlepas. Dia cepat-cepat memeluk dan merebahkanku ke kasur. Dia kembali memagut bibirku. Aku menggeliat-geliat. Diciuminya toketku. Aku agak menggeliat. Kemudian dia mulai menjilati toketku, memutari toketku bergantian. Diselingi dengan gigitan-gigitan kecil. Kemudian disedotnya putingku, sambil digigit pelan. aku menggeliat sambil mengangkat pantatku. Dia menggapai cd ku dan dipelorotkan ke bawah.
Sambil tetap menggigit dan mengisap pentilku, dia menggunakan kaki kanannya untuk menurunkan cd ku sampai terlepas sama sekali. Kemudian diusapnya memekku yang dilingkari jembut yang lebat. Dia mengangkat kepalanya untuk lebih jelas melihat memekku. Kemudian dia mengulum pentilku. Kemudian jilatannya mulai turun ke arah perutku. Aku agak meregang waktu lidahnya menelusuri permukaan kulitku dari mulai pentil sampai ke arah pusarku. Kemudian dia kembali memandangi memekku. Dia duduk langsung menghadap memek ku. Kontolnya yang keras nongol dari lipatan handuknya, yang kemudian dilepasnya. "Nes, jembut kamu lebat sekali, pasti napsu kamu besar ya. Kamu gak puas kan kalo cuma dientot seronde", katanya sambil mendekatkan wajahnya ke memek ku. Aku hanya mendesah saja. Pelan diciumnya memekku. Aku menggeliat. Kemudian dijilatinya dengan lembut sekitar bibir memekku. Aku mengangkat pantatku sambil berpegangan pada spre sambil mendesah, “aaaaaaahhhhhh..”. Dia kemudian menciumi pahaku. Aku melonjak-lonjakan pantatku beberapa kali. Setelah agak lama menciumi pangkal paha sampat lututku, dia mulai mengarahkan jilatannya pada memekku. Dia menjilati bibir memekku. Aku menggelinjang dan mendesah :”auuhhhhhhhhh…….”. Dibukanya sedikit bibir memekku yang sudah basah kuyup, dan segera menjilat itilku, “AAAGGGHHHHHHHH……..!!!!!!”, lenguhku keras dan mengangkat pantatku tinggi-tinggi. Dimasukkannya lidahnya ke dalam memek ku kemudian diputar-putar dengan tekanan yang kuat ke sekeliling memekku. Aku semakin bernapsu. Kujambak rambutnya sambil menekan kepalanya semakin keras ke arah memekku. Sesekali dia menggigit itilku diselingi dengan sedotan. Napasku makin tidak beraturan. Aku mendesah-desah dan kadang-kadang menjerit kecil, terutama pada saat itilku digigit-gigit. Akhirnya, kedua kakiku menjepit kepalanya dengan kuat sekali. Kedua tanganku juga menekan kepalanya sekuat tenaga sehingga hidungnya pun tenggelam dalam bukit memeknya. Aku mengerang dan menggelinjang. Dia menyedot memekku sambil menggigit itilku terus. Aku terhempas ke kasur dengan mengeluarkan suara dengusan yang kuat. Dia terbebas dari jepitan kakiku. Dia tampak terengah-engah sedang aku tergeletak lemas. Diciumnya sekali lagi memekku. Aku hanya tersenyum, "Om, luar biasa deh lidahnya, pake lidah saja Ines sudah nyampe, apalagi pake kontol besar om ya".
Om Toni cuma tersenyum dan turun dari tempat tidur mencari handuk untuk melap mulut dan mukanya yang berlepotan cairan memeknya. Setelah melap mukanya , dia kembali ke tempat tidur. Belum sempat naik ke ranjang, aku sudah menyambutnya dengan pelukan dan ciuman. Sekarang giliranku menciumi leher, dada dan pentilnya. Lidahku berputar-putar disekitar pentilnya. Kemudian aku mulai menyedot-nyedot dan menggigit-gigit kecil pentilnya. Dia tampak keenakan. Aku meluncur kebagian bawah. Kuelus kontolnya mulai dari pangkal sampai kekepalanya. Kemudian sambil berjongkok, kujilati kepala kontolnya. Kuputari dengan lidah. Kugigit kecil dan kujilati. Lama-lama dia tak tahan berdiri kuperlakukan begitu. Diapun duduk di tepi tempat tidur. Aku kembali menjilati kontolnya, dari kepala, batang sampai ke bijinya. Dia merem melek dan mendesah keenakan. Kemudian kepalanya kuemut. Lidahku menjilati kepalanya yang sudah masuk mulutku. Dia sampai bergetar menahan rasa geli-geli nikmat itu. Dan kemudian dengan keras aku menyedot kontolnya. Dia menjepit kepalaku dengan kedua kakinya.
Dia nggak mau kalau sampai mengalami ngecret ketika kuemut. Dia berdiri dan menarikku berdiri juga. Dia memelukku dan mencium bibirku dengan mesra. “Luar biasa kamu, Nes”, bisiknya. Aku cuma tersenyum manja. Diapun membaringkanku di ranjang. Pantatku diganjal bantal. "Buat apa om, kan kontol om panjang, masuknya pasti dalem", tanyaku. Dia diam saja. Karena diganjal. memekku jadi merekah. Dia menjilati memekku sekali lagi. Aku menggeliat waktu lidahnya masuk ke memekku dan menyentuh itilku. Kemudian dia menaiki tubuhku dan kontolnya ditempelkannya di bibir memekku. Didorongnya kepala kontolnya dengan jari supaya masuk ke memekku. Aku mendesah waktu kepala kontolnya memasuki memekku. Kemudian dia menggerakkan sedikit maju mundur sehingga dengan pelan tapi pasti seluruh kontolnya terbenam di memekku. Aku mendesah dan berpegangan erat pada sprei. Setelah kontolnya masuk semua, dia menciumi bibirku, kemudian agak membungkukkan badanya untuk mengemut pentilku. “Siap, Nes?”, tanyanya. “Hmmmm..”, aku mengangguk kecil dan tersenyum. Dia meletakkan kedua tangannya di samping bahuku seperti orang push up. Kemudian pelan-pelan mulai mengangkat pantatnya. Setengah kontolnya keluar, kemudian didorong lagi. Semakin lama gerakannya naik turun semakin cepat. Toketku terguncang-guncang waktu dia melakukan gerakan memompa ini. Dengan gemas dia mencium, menyedot dan menggigit pentilku juga. Aku mengimbangi gerakannya dengan memutar pantatku seirama dengan gerakan pantatnya naik turun. Terasa sekali kontolnya seperti mengaduk-aduk memekku. Memekku sesekali kukejang2kan memijat kontolnya yang sedang keluar masuk dengan cepat.
Karena capai diapun menegakkan tubuhnya dengan posisi berdiri di atas lutut. Untuk keseimbangan, dia membuka kakiku lebar-lebar. Sambil berpegangan pada pahaku, diapun memberikan pijatan-pijatan berputar di pangkal paha sampai daerah sekitar memekku. Aku menjadi mendengus keenakan. Gerakan putaran pantatku jadi semakin liar. Dengan posisi ini dia bisa memandangi dengan leluasa keluar masuknya kontolnya di memekku. Kadang-kadang dia merendahkan pantatnya sehingga sodokan di bagian atas dinding memekku lebih terasa. Aku mulai menceracau, gerakan pantatku sudah mulai melonjak-lonjak tak karuan, dia sengaja menghentikan gerakan maju mundurku. Setelah pantatku gerakannya pelahan lagi, dia tarik pelan-pelan kontolnya dan kemudian memberikan sodokan yang cepat ke memekku. Pantatku langsung
melonjak dan berputar lagi dengan keras. Setiap dia menarik kontolnya, terasa bibir memekku ikut tertarik keluar. Tapi begitu dia menyodokkan kontolnya, bibir memekku terasa melipat ke dalam dan seperti menelan kontolnya.
Setengah jam kemudian, badanku sudah basah oleh keringat. Dia apalagi. Kadang-kadang aku mengangkat badanku, menciumnya dan kemudian menjatuhkan badanku lagi. Yang jelas sprei tempat tidur sudah tidak beraturan lagi. Aku masih mengelinjang-gelinjang menikmati sodokan-sodokan kontolnya. Akhirnya, aku merenggut lehernya dan mendekapnya dengan kuat. Kakiku juga menjepit pinggangnya kuat sekali, sambil mendesah “aaagggghhhhhhh………….”. Diapun bia menunggu lebih lama lagi. Segera dijatuhkannya badanku ke kasur dan akupun dipeluknya dengan erat sambil mempercepat pompaannya. Pantatnya hampir-hampir tidak bisa bergerak karena jepitan kakiku. Dia mempercepat gerakan kontolnya, dan sekali, dua kali, tiga kali, sampai empat kali dia mengejan, menyemprotkan pejunya didalam memekku. Badannya menjadi tegang sambil masih berpelukan kuat denganku. Beberapa saat tubuh kami masih tegang berpelukan sambil menahan nafas berusaha menikmatinya. Akhirnya tubuh kami menjadi lemas dan pelukankupun mengendor. Kakiku sudah tidak menjepit pinggangnya lagi. Tapi dia masih tetap tergeletak di atas tubuhku. Dia mencium kening, mata, hidung dan bibirku. Akhirnya kami saling melepaskan pelukan. Dengan pelahan dicabutnya kontolnya dari memekku. Aku sedikit menggelinjang dia mencabutnya. "Om, nikmat banget deh dientot sama om. Lagian om mesra banget deh memperlakukan Ines, seperti Ines ini pacar om saja. Istirahat dulu ya om, abis itu Ines masih kepingin ngerasain kontol om ngaduk2 memek Ines lagi", kataku. "Iya sayang, apa sih yang gak boleh untuk kamu", jawabnya sambil tersenyum. Setelah itu kami berpelukan dan tertidur karena kelelahan.
Paginya aku terbangun karena terasa ada yang mengusap2 memekku. Rupanya om Toni yang sudah bangun duluan, sudah mulai aktivitas ronde kedua. Kulihat kontolnya sudah mulai ngaceng lagi. Dia mulai mengusap-usap itil dan memekku. Rasanya seperti melayang setiap kali dia menyentuh itilku. Apalagi ketika dia mulai menjilati pentilku, aku makin lemah tak berdaya. Lututku terasa lemas yang membuat dia mudah menjelajahi memekku karena menjadi terbuka. Sambil memeluk pinggangku dengan tangan kiri, dia mulai memainkan jari kanannya di memekku. Dengan ibu jari dan jari tengah, dia membuka memekku. Jari telunjuknya mulai meraba-raba itilku. Aku terlonjak setiap dia mengusap itilku dibarengi eranganku. Aku meremas-remas sendiri toketku, sambil menahan kenikmatan di pagi hari. Puas memainkan itilku, lidahnya mulai berperan. Setiap jilatan membuat aku menjerit. Aku berusaha menjepit kepalanya dengan pahaku, sehingga dia semakin ganas memainkan lidahnya. Sesekali dia mengisap itilku dengan keras. Aku menjadi semakin berisik mengeluarkan erangan.
Kini giliranku membelai, mencium, menjilat, dan meremas kontolnya yang sudah ngaceng. Kugenggam kontolnya, terasa besar dan keras. Satu kocokan, kini giliran om Toni yang terpaksa memejamkan mata merasakan nikmatnya genggaman tanganku. Tanpa berlama-lama lagi, aku lumat kontolnya di dalam mulutku. Sedikit gigitan, aku jilati seluruh permukaan kontolnya. Aku hampir tersedak karena ujung kontolnya yang panjang menyentuh pangkal rongga mulutku, sementara di luar masih tersisa. Aku semakin bernafsu mengulum kontolnya. Pelan tapi pasti aku keluar masukkan kontolnya di mulutku. Lidah kusentuhkan ke ujung kontolnya. Pahanya makin terbuka membuat kontolnya makin mengacung kencang. Aku mulai menjilati dan mengulum kantung pelernya. Posisiku yang merangkak setengah menunduk membuat bongkahan pantatku menjulang keatas. Dia mengusap pantatku dan kemudian menarik lenganku. Aku diciumnya sambil direbahkan keranjang. Dia merebahkan badannya disisi ku. Berbaring miring, dia mengisap toketku. Dia mulai bermain lagi di memekku. Kali ini usapannya sedikit keras dan cepat menggosok itilku. Aku menggelinjang karenanya. Tiba-tiba aku merasakan tubuhku mengejang, aku kembali nyampe. Sungguh hebat permainan om Toni, pintar sekali dia merangsang napsuku sehingga aku cepat sekali bisa nyampe. "Om, sarapannya enak banget deh, om pinter banget ngilik Ines, sebentar aja Ines dah nyampe", desahku.
Dia tidak menjawab, malah menindih tubuhku. Aku bisa merasakan bobot tubuhnya terutama di bagian bawah pinggangnya. Tangannya sudah tegak di sisi toketku menopang badannya sendiri. Aku bisa merasakan bagian tubuh bawahnya bergerak-gerak berusaha mengarahkan acungan kontolnya. Aku pun langsung meraih kontolnya dan membimbingnya ke memekku. Om Toni mendorong kuat pantatnya dan aku merasakan rangsekan kontolnya di dinding memekku. Perlahan cairan memekku melumasi permukaan kontolnya. Mulai dia menarik kembali kontolnya sedikit dan membenamkannya lagi sampai akhir seluruh kontolnya dilumat memekku. Sodokan pertama kontolnya masuk seluruhnya Aku pun merasakan sekali lagi kenikmatan luar biasa itu. Apalagi, dia tidak langsung memompa pantatnya cepat-cepat dan keras. Pertama masuk penuh, dia menahannya dan memandangi wajahku sambil mengecup bibirku. Nikmat banget rasanya. Setelah itu, mulailah dia menggerakkan pantatnya mengangkat dan menekan yang membuat kontolnya keluar masuk bergesekan dengan memekku. Aku menyambut setiap gerakannya dengan jepitan dan gerakan kecil pantatnya. Aku mengerang makin lama makin keras. Karena eranganku sambil mendongakkan kepala membuatnya tambah bernapsu. Semakin kuat dan cepat sodokannya membuatku merasakan akan nyampe lagi. Aku hanya bisa mencengkram punggungnya keras-keras ketika aku mencapai puncak. Kepalaku mendongak ke atas hingga kedua bola mataku hanya terlihat tinggal putihnya. Setelah aku nyampe, dia langsung menghentikan gerakannya membiarkan kontolnya merasakan cengkraman kuat memekku. Tindakannya juga membuat aku merasakan kenikmatan luar biasa. Kali ini terasa lebih nikmat karena denyutan memekku tertahan kontolnya, "Om, nikmat sekali...," kataku sambil memeluknya kuat-kuat dan menciumi pipi dan pundak nya. Sekali lagi dia tersenyum, "Enak?". "Banget, lebih nikmat dari semalem. Om hebat banget deh mainnya", jawabnya. "Gaya lain...?" tanyanya. Aku langsung mengangguk.
Om Toni membalik badanku dan mengangkat badanku bagian bawah dengan memeluk pinggang dari belakang. Tak menunggu lama dia langsung memasukkan kontolnya. Aku menunduk sambil menggigit bibir merasakan seluruh kontolnya terbenam makin dalam di memekku. Pantatku terangkat tinggi yang membuat dia langsung mendorong dengan cepat. Aku mengikuti irama dengan mendorong pantatku ke belakang. Masuk hitungan belasan menit menyodok memekku, belum ada tanda-tanda dorongannya melemah. Sebaliknya justru makin kuat, membuat aku juga makin bernafsu. Tetesan peluh mulai membasahi badan, namun baik aku maupun dia justru makin bersemangat. Pantat dan pinggangku makin bergerak liar membuat dia tak mampu menahan lenguhannya.
Kemudian ganti aku yang berinisiatif. Kulepaskan kontolnya dari memekku dan mendorongnya sampai telentang. Aku langsung menaiki tubuhnya dan duduk di atas kontolnya yang masih ngaceng. Ketika aku bergerak naik turun, dia meremas toketku yang terguncang-guncang. Telapaknya yang besar berusaha meraup seluruh permukaan toketku. Remasannya makin kuat membuat aku makin mempercepat gerakanku. Sekali lagi aku harus mengaku kalah. Karena meski aku telah mencoba berbagai goyangan, justru aku yang kembali yang nyampe duluan. aku langsung ambruk menindihnya yang sudah siap menerimaku dengan pelukan dan kecupan. "Om kuat banget sih..", desahku.
"Kamu di bawah lagi ya...?", jawabnya. Aku mengangguk lemah dan menggulingkan badannya ke sisi kanannya. Aku memasukkan kontol nya ke mulutku. Puas mengulum dan menjilati kontol yang dipenuhi lendir memekku, aku kembali merebahkan diri. Dia langsung naik dan dorongan dimulai dengan perlahan dan terus semakin lama semakin kuat dan cepat. Tiba-tiba sodokannya terasa lebih keras dari sebelumnya. Sesaat kemudian dia mengerang panjang dan menyodokkan kontolnya sangat kuat beberapa kali. Aku pun bisa merasakan hangatnya pejunya muncrat di dalam memekku. Dia masih terus menyodok terputus-putus dan semakin melemah. Pejunya terasa mengalir keluar setiap dia menyodokkan lagi kontolnya. Setelah benar-benar selesai, dia pun ambruk menindihku. Dia terdiam sesaat di atasku. Aku mengusap lembut kepalanya, "Puas om...?". Om Toni hanya mengangguk. Badannya terasa lemas. "Nes, nikmatnya benar-benar ngga ada yang nyamain...". "Om juga hebat. Ines selalu ko duluan. Terima kasih ya om untuk kenikmatan ini. Kapan2 Ines mau kok ngeladenin napsu om lagi....". Dia mengeratkan rangkulannya. Aku pun membalasnya diikuti kecupan di bibir. Setelah semuanya selesai, kami mandi bersama, berpakaian kembali dan meninggalkan hotel. Dia mengantarkanku ke salon tempat aku kerja.
Kunjungi :
Model-Model Amatir Indonesia yang Narsis
HOT DAH - Semua serba HOT
0 comments:
Post a Comment