[Cerita Dewasa] Threesome Bareng TTM dan Penjaga Kampus | 18 Tahun Plus - [Cerita Dewasa] Threesome Bareng TTM dan Penjaga Kampus.
“Gua juga nih, bentar lagi beres!” sahut Widya yang duduk di lantai ruang HIMA yang beralaskan karpet berwarna hijau itu, ia sedang merapikan berkas-berkas yang akan dipakai untuk rapat besok.
Widya memang bukan pacarku, ia mulai akrab denganku sejak sama-sama aktif di himpunan mahasiswa fakultas ekonomi tempat kami kuliah. Biasanya ia konsultasi mata kuliah yang tidak dimengertinya denganku atau jalan bareng. Dari situ kami mulai akrab, tapi tidak sampai pacaran. Ia memang seorang gadis yang menarik dengan kulit bersih dan wajah yang cantik. Rambut hitam sedadanya menambah cantik parasnya . Tubuhnya langsing dengan pinggang yang ramping ditambah lagi dengan payudaranya montok, padat dan penuh. Bentuk tubuh yang sangat proporsional sehingga sangat menggiurkan bagi banyak lelaki. Namun aku kurang menyukai sifatnya yang terlalu dominan serta cenderung materialistis. Selain itu ia juga sudah punya pacar yang kuliah di luar negeri. Namun harus kuakui kalau secara fisik ia benar-benar membuatku terpesona. Sehingga kami pun menjadi TTM saja, terutama sejak aku putus dengan pacarku beberapa bulan yang lalu. TTM disini bukan hanya berarti ‘teman tapi mesra saja’, tapi kadang berarti juga ‘teman tapi mesum’. Ya...selain menjadi teman ngobrol dan curhat, tidak jarang Widya menjadi partner seks.
Suasana kampus jam tujuh malam seperti ini sudah sangat sepi, di beberapa tempat bahkan agak spooky seiring dengan beredarnya cerita-cerita seram seputar kampus ini. Namun di satu ruangan berduaan begini justru menimbulkan pikiran nakal, apalagi mengingat kepenatan setelah mengetik dan menyusun acara membuatku ingin segera melepas stress. Aku meraih remote AC dan menekan tombol off sehingga AC pun menutup.
“Kok dimatiin?” protes Widya
“Gua justru kedinginan, daritadi kerja di bawah AC terus tuh” jawabku, “lagian tar lagi kan beres”
“Naikin aja lah, jangan off, panas gila, udah berapa hari gak ujan gini!”
“Kalau panas, ya buka aja bajunya, hehehe....!” tiba-tiba aku mendekapnya dan meremas payudara kanannya.
“Iiihh, apaan sih lo?” Widya menjerit kaget tapi tidak marah karena sudah biasa aku iseng seperti itu, apalagi ketika berdua seperti saat ini
Senyuman nakal merekah di wajah cantik Widya yang berarti lampu hijau untukku. Gairahku sudah tidak tertahankan lagi dan butuh pelampiasan.
”Genit ihh...jangan ah! Masa disini?” Widya sedikit meronta tapi dia membiarkan saja tanganku meraba-raba payudaranya dan mulai mencopoti kancing kemejanya.
”Bentar dong, gua beresin ini dulu!” ia memasukkan berkas ke dalam map dengan terburu-buru saat tanganku mulai menyelusup ke balik leher kemejanya.
”Nanti aja, masa lu ga kangen sama dede gua ini?” tanyaku meraih tangannya dan menempelkannya ke selangkanganku yang telah menggelembung karena penis yang telah ereksi.
Widya semakin tersenyum, ”Hihi...konak ni yee!” cibirnya.
Aku mengangguk. ”Iyalah, sepi-sepi gini, ada yang bening lagi” lalu aku membuka resleting celanaku dan mengeluarkan penisku yang sudah tegang sejak tadi.
"Lu sendiri lagi horny ga Wid?" tanyaku.
"Akkh.. pake nanya lagi, yuk...mumpung aman nih!" katanya sewot seraya mendaratkan french kiss ke bibirku.
Ia mendorong tubuhku hingga terbaring di atas karpet lalu menindihku sambil menggenggam penisku
"Mmpph.. udah keras gini..." bisik Widya.
"Iya deket-deket sama lu sih, jadi dia bangun hehehe" sahutku seraya mendaratkan french kiss.
Berdua kami pun hanyut dalam buaian cumbuan penuh birahi. Tanganku sudah sibuk di kedua payudara Widya yang semakin kenyal saja. Tubuh temanku itu menggeliat bak cacing kepanasan dan tanganku yang satu melepasi satu demi satu kancing kemejanya. Kini kemeja pink lengan pendek yang dikenakannya telah terbuka seluruh kancingnya dan keindahan tubuhnya semakin nampak jelas. Sepasang gunung kembarnya yang masih terutup bra krem kuremas, kancing penutup dadanya yang terletak di depan kubuka sehingga payudaranya terekspos. Gunung kembarnya begitu putih bersih begitu indah dan menggairahkan. Perutnya rata dengan anting berbentuk hati kecil yang ditindik pada pusarnya menambah kesan seksi padanya.
"Uh...aaaahhh!" ia mendesah saat kuciumi kembali payudaranya yang telah terbuka.
Desahan suara Widya semakin menggairahkan aku untuk terus memainkan payudaranya. Aku melepaskan sejenak ciumanku pada payudaranya. Kupandangi dua buah gunung yang sudah keluar dari cupnya itu sambil meremasinya. Tampak putingnya yang kecoklatan mengeras seolah memanggilku untuk segera kembali melumatnya
"Kok dipelotin aja sih? Ayo sini mimik cucu!” Widya menyodorkan payudaranya ke mulutku seakan tak sabar untuk segera memintaku melumat habis miliknya itu.
Maka tanpa buang waktu lagi, langsung kujilat-jilat kulit di sekitar putingnya sembari menggodanya untuk memberikan sensasi yang luar biasa.
"Oh.. Oh, ogh," Widya merintih ketika lidahku tepat berada di putingnya. Kembali kubasahi putingnya dengan ludahku, erangannya makin keras saat kutarik putingnya dengan mulutku..
"Ohh.. Ambil semua Frans.. Ambil semua.. Aku milikmu Frans" napas Widya semakin tak beraturan menggelinjang ke kanan ke kiri bagai cacing kepanasan.
“Uhh.., ogh.." ia melenguh ketika sambil kucium bibirnya tangan bergerilya ke payudaranya.
"Uhh Frans...puasin gua!" ciuman lidahnya makin panas dalam mulutku, sementara tanganku terus bergerilya pada dua buah dadanya yang montok.
Aku tahu betul kalau ia paling tidak tahan ketika dadanya disentuh, apalagi kalau putingnya dipermainkan, pasti langsung mengeras bagaikan tersengat listrik ribuan watt.
"Ahh.. Uh.. Frans...nggak tahan, enakkhh...banget!!" erangnya
Wajah Widya memerah, nampak sekali kalau ia menahan gairah yang luar biasa. Sambil terus berpagutan aku berguling ke samping sehingga gantian kini aku yang menindihnya. Dengan posisinya yang berbaring telentang di atas karpet aku lebih leluasa menciumi bibirnya, pipinya, tanganku pun lebih bebas bergerilya di tubuhnya.
"Ohh.. Frans.. Uh...iyah gitu!” Widya terus menggelinjang ketika aku mulai membuka sabuk lalu resleting celana panjangnya.
Aku terus mencumbunya, kujilat perutnya dan terus ke bawah. Pelan namun pasti kubuka celananya. Celana panjangnya kutarik ke bawah, ia pun menggerakkan kakinya membantu melepaskan celana itu. Sepasang pahanya yang mulus terbuka sudah, kini yang tertinggal hanyalah celana dalam yang berwarna senada dengan bra-nya yang di dalamnya tampak gundukan hitam yang ditumbuhi bulu-bulu yang cukup lebat. Jariku mengelus belahan vaginanya dari luar, karena sudah terangsang berat bagian itu segera mengeluarkan bercak basah.
"Oh...Frans, pemanasannya lama amat, gua udah kepengen aaahh!" teriak tertahan Widya yang makin terangsang, sambil menggigit bibir menahan gelora nafsu yang kian panas.
"CD-lu lepas sekalian yah?"
"Ehm..." gumam Widya sembari menggangguk, seakan tak mampu lagi untuk mengeluarkan kata-kata.
Kemudian aku pun menarik lepas kain terakhir yang mentupi kewanitaannya itu. Aku semakin bernafsu melihat tubuhnya yang sudah 90% telanjang itu, hanya tinggal mengenakan kemeja dan bra yang telah terbuka semua kancingnya. Pemandangan yang betul-betul menggairahkan sehingga membuat 'adik' kecilku yang masih tersimpan di balik celana berontak meminta untuk keluar ikut bergabung. Tanganku turun ke bawah lagi untuk menggapai vaginanya yang sudah mulai membasah, dengan tetap mencumbui bibirnya, aku mulai membuka bibir luar vaginanya.Kedua jari telunjuk dan jari tegahku membentuk huruf V. Tangan "V" ku lalu mulai menggosok lembut, mengapit, menjepit lembut dan sesekali dibuka lebih lebar lagi. Sementara jempolku menekan lembut klitoris Widya untuk memberikan sentuhan yang luar biasa nikmatnya. Tubuh Widya menggelinjang diiringi desahannya, nafasnya yang menerpa wajahku terasa sekali semakin memburu.
"Lu buka baju dong...masa lu masih lengkap gua udah telanjang gini, ga adil ah!" protesnya manja
Tanpa banyak bicara buru-buru kulepaskan seluruh pakaianku dan keluarlah senjataku yang telah berdiri tegak dan bersiap menjemput mangsanya. Kembali kutindih tubuhnya, kuciumi dengan gerakan turun ke bawah. Kepalaku berhenti di selangkangannya untuk menciumi gundukan bukit kecil Widya yang ditumbuhi hutan hitam yang lebat.
"Ohh.. Uhh.. Ugh" erangan Widya makin tak beraturan, apalagi saat kutemukan daging kecilnya yang mirip kacang berwarna merah dan basah. Sejenak kupandangi kemudian kembali kusapu dengan lidahku meminum sari-sari kacang itu dengan nikmatnya.
"Ah.. Frans...lu emang pinter muasin cewek, terusin aahh...sedot terus" sambil menggelinjang tangan Widya mencari-cari sesuatu. Ohh...ternyata ia mengincar penisku yang akhirnya ia dapatkan juga, tangannya yang halus menggenggam kejantananku yang sudah mengeras.
“Uuuhh!!" aku pun mendesah geli ketika penisku dipegang tangan halusnya, perlahan benda itu pun dikocoknya.
Aku semakin tak tahan merasakan sensasi yang begitu nikmat. Tiba-tiba Widya bergerak memutar tubuhnya hingga mulutnya persis berada di 'adik' kecilku, ia memang pandai mengimbangi permainanku, harus kuakui mantan pacarku saja kalah dalam hal ini. Sementara mulutku juga tepat berada di bukit yang di tengahnya terdapat lorong ditutup kacang. Kami pun bermain dengan gaya 69.
"Ah.. Uh.. Slurp.. Slurp.." bunyi gesekan mulut dan tongkat serta mulut dan gua makin keras terdengar. Kami sibuk bergumul mengoral kelamin pasangan masing-masing hingga berlangsung sekitar 20 menit.
"Frans...gua udah gatel banget nih, masukin dong kontol lu" rengek Widya sambil terus mengocok penisku, dijilatnya batangku itu hingga licin, bahkan sesekali telurnya pun ia emut juga.
"Frans.. please... cepetan donk.. gua nggak tahan lagi.."
"He eh...bentar lagi say, kagok!" jawabku sambil terus menikmati kacangnya, aku ingin menghabiskan cairannya yang gurih dulu, sayang kalau terbuang begitu saja.
Beberapa saat kemudian baru kuputar badanku pada posisi semula. Widya mengangkangkan kakinya hingga gundukan bukit itu nampak jelas sekali. Hutannya yang hitam dan rimbun membuat pemandangan tampak begitu indah, begitu pula 'kacang basahnya' yang menonjol. Wajahnya yang memerah dan bibirnya yang basah menahan gairah semakin menambah kecantikannya malam ini. Perlahan namun pasti kugerakkan tongkatku menuju gua yang lebat itu
"Ouhh.." Widya merintih saat kepala penisku mulai masuk ke mulut vaginanya yang sudah basah dan licin.
Desahannya dan desahanku bersahutan tatkala pelan-pelan batang tongkatku masuk ke dalam liang kenikmatan itu. Sejenak tongkat itu kutarik keluar kemudian kumasukkan lagi dengan sangat perlahan.
"Ahh.. Ouhh...nikmat banget Frans.. Ohh!"
"Wid...lu cantik banget kalau lagi horny gini"
"Gombal... jangan banyak omong ah! entot gua aja!" katanya sambil mencubit lenganku
Penisku terus bergerak maju mundur di dalam vagina Widya. Sementara itu mulutku juga terus bergerilya di gunung kembarnya yang montok.
"Ahh.. Frans.. Oh.. tusuk yang dalem.. Ohh" Widya terus menggelinjang ke sana ke mari, pantatnya juga terus bergoyang seolah tak pernah puas dengan tusukanku.
Aku pun menambah kecepatan genjotanku sampai tubuh kami bergoncang hebat dan tumbukan alat kelamin kami menghasilkan bunyi kecipak.
"Oh.. Oh.. enak banget Frans...kontol lu dahsyat, gua hampir sampai nih...iyah terus lebih keras lagi.. Ohh"
"Ahh.. Uhh.. Uh.. Aku juga hampir keluar sayang, dikeluarkan dimana? Di luar apa di dalam?"
Tiba-tiba ada sesuatu lahar panas yang akan segera muntah dari tongkat kenikmatanku.
"Di dalam aja biar lebih enak.. Oh.. Uh.." Cret.. Cret.. Crett.. Keluarlah lahar panas dari tongkatku.
"Ohh.. Aku sampai.." Pada saat yang bersamaan Widya juga sampai pada puncaknya.
"Uhh.. Ogh.."
Lolongan panjang kami mengakhiri pertempuran pertama yang luar biasa nikmatnya. Perlahan nafas kami teratur kembali seperti turun dari puncak kenikmatan yang sensasional. Sementara itu tanpa kami sadari, akibat kelalaian kami tak menutup rapat jendela, sepasang mata terus mengamati pergumulan panas kami. Memang bukan sepenuhnya dia yang salah tapi juga karena keteledoran kami yang karena terlalu asyik tidak sempat mengecek situasi dan kondisi. Tek...tiba-tiba terdengar suara benda jatuh dari luar, suara itulah yang menyadarkan kami bahwa seseorang mengintip kami dari luar sana. Aku dan Widya saling berpandangan, terkejut sekaligus baru sadar kalau jendela masih sedikit terbuka sehingga memungkinkan orang itu dapat melihat ke dalam bila mengintip dari celahnya. Widya buru-buru menutup dadanya dengan kemejanya yang telah terbuka semua kancingnya. Kami melihat jelas di sana Pak Akmal, si penjaga kampus di fakultas kami, yang juga sama-sama kaget
“Maaf...Den...maaf, Bapak cuma lewat aja, terus ga sengaja denger suara dari sini!” sahutnya sambil cengengesan lalu pergi begitu saja.
"Walah Wid...jendelanya belum dikunci ya tadi?"
"Belum kayanya...lu juga sih terlalu nafsu! Mana gua inget jadinya"
"Ya lu juga sih...terlalu nafsuin jadi aja gini, mana suara lu itu juga lagi, kalau lagi ML suka lepas kontrol"
“Eeee...kalo mau nyalahin, kan lu juga yang pertama ngajakin gua gituan!” timpal Widya
“Iya ya udah...udah gua salah deh, sori yah say!”
"Jangan-jangan dia udah lama ngeliat semuanya ya?"
"Biarin aja deh, kan malah lebih seru tuh!" godaku
"Edan lu Frans!” katanya sewot sambil mencubit putingku
"Aww...ih main cubit melulu yah lu, eh Wid, gua ada ide nih, agak edan sih emang"
Tiba-tiba muncul dalam benakku untuk mengajak Pak Akmal ikut serta dalam permainan kami, pasti seru dan menggairahkan melihat Widya yang cantik bercinta dengan Pak Akmal yang jauh dari tampan.
"Ide apaan?" tanyanya sambil mengaitkan kembali bra-nya lalu kembali mengancingkan kemejanya.
"Gimana kalau Pak Akmal kita panggil ke sini aja?"
"Maksudnya?"
"Kita ajak dia ngentotan bareng kita kan lebih asyiik...threesome gitu loh!"
"Ih gila lu...masa gua harus gituan sama penjaga kampus? Mending kalau cakep"
“Bukan begitu, pasti lebih sensasional. Lu inget ga cerita-cerita yang pernah gua kasih baca ke lu di situs KisahBB?" aku menyebutkan situs kesayangan kita ini.
“Heh, jadi gua mau lu pasangin sama beast gitu?” ia mengerenyitkan dahi
Sejenak Widya berpikir, mungkin ia menganggap ideku sangat gila, tapi entah kenapa tiba-tiba bulunya merinding dan tampak wajahnya bergairah, mungkin ia membayangkan permainan tersebut. Namun ia juga tidak mau kalau tampak menggebu menginginkannya, ya ja’im gitu lah.
"Serius nih Frans?"
"Serius" aku coba meyakinkan Widya.
"Kamu yakin aman-aman aja kalau Pak Akmal kita ajakin?"
"Ya amanlah, Pak Akmal sih setau gua orangnya ga rese kok, gua yang tanggung jawab nanti kalau gimana-gimana "
"Terserah kamulah" Widya akhirnya pasrah karena tiba-tiba ia pun mulai bergairah.
"Ok kalau gitu aku akan bicara ama Pak Akmal"
Aku segera berpakaian kembali, kupakai sandal yang kuletakkan di depan pintu kemudian aku keluar dari ruang HIMA. Kudatangi Pak Akmal di ruangannya, kulihat ia sedang merokok di sana, dari wajahnya nampak ia gelisah melihat permainan kami tadi, mungkin ia juga sangat terangsang tapi tak ada pelampiasan. Ia nampak canggung ketika melihatku melangkah ke arahnya. Pak Akmal ini adalah seorang pria berusia 40an, bertubuh gempal dan berkumis . Banyak mahasiswa di fakultas kami, termasuk diriku, yang akrab dengannya karena Pak Akmal orangnya memang tidak neko-neko dan jujur. Pernah seorang mahasiswi kehilangan dompetnya, besoknya dompet itu sudah kembali ke pemiliknya dengan utuh tanpa kurang apapun setelah dipungut oleh Pak Akmal dan dipasang di papan pengumuman. Maka tidak heran ketika lebaran kami dari senat pasti patungan untuk memberikan bingkisan padanya sebagai penghargaan dari kami.
"Eh Den Frans...maaf tadi, Bapak nggak sengaja, tadi itu..."
"Ngga...ga apa-apa kok pak!” potongku, “kita juga yang lupa nutup jendela jadi bapak bisa ngintip"
"Tadi itu Bapak kebetulan aja lagi nyapu Den...pas denger suara-suara dari ruang situ, kirain apa, eh taunya Den Frans lagi...”
"Udahlah Pak...gak pa-pa kok! Omong-omong tapi tadi Bapak lihat kan saya ngapain sama Widya?"
"Enggak.. Bapak nggak.. tahu kok Den.." Katanya agak gugup.
"Ah si Bapak, gak usah bohong Pak... saya nggak pa-pa kok, kita kan udah sama-sama dewasa, malah kalau mau Bapak boleh kok ikutan"
"Eeenngg...maksud aden?"
"Iya kalau Bapak mau, ikutan aja yuk Pak"
"Ikutan apaan?" tanyanya polos atau entah pura-pura polos
"Ikutan gini” jawabku menunjukkan jempol diselipkan antara telunjuk dan jari tengah, “ ya seperti yang Bapak lihat tadi"
"Bener nih Den? Apa Bapak nggak salah denger?” ia seperti tidak percaya
"Enggak...ga salah kok, saya juga udah bicarakan ama Widya, dia juga ok aja kok, bapak kan juga udah banyak bantu kita orang, boleh dong sekali-kali kita ajak fun, jangan kaya orang lain gitu lah"
Si penjaga kampus itu tercenung, ia benar-benar tak percaya dengan ajakanku, ia seolah sedang bermimpi. Tapi aku segera menyadarkannya.
"Yuk kita ke sana...kasihan Widya dah menunggu lama" kutarik tangannya untuk ikut ke ruang HIMA.
“Hehe...Bapak jadi deg-degan nih Den, beneran kan nih Bapak diajak juga?” tanyanya girang di tengah jalan
“Udah lah pokoknya enjoy aja Pak malem ini!” kataku
“Wid...bukain! gua nih!” pintu kuketuk begitu sampai di depan ruang HIMA.
“Hai...ayo cepetan masuk!” Widya membukakan pintu setengah.
Begitu masuk, kami melongo melihat pemandangan yang luar biasa. Ternyata Widya telah telanjang bulat menyambut kami, sepertinya sudah gatel dia. Pak Akmal terpaku tidak bisa berkata apapun melihat tubuh Widya yang langsing ideal serta pahanya yang putih mulus dan payudara yang indah membusung. Ikat rambutnya kini telah dibuka sehingga rambut hitamnya tergerai hingga sedada, membuatnya terlihat makin cantik dan menggairahkan. Pemandangan seperti ini mungkin selama ini hanya bisa ia bayangkan saat melakukan onani tapi kini Pak Akmal melihat Widya yang betul-betul dalam posisi menantang di depan matanya, pastilah ia tidak percaya impiannya telah menjadi kenyataan.
"Kok diem aja gitu Pak, kenapa?" sapa Widya memecahkan kesunyian.
Kulihat sebenarnya Widya agak gugup dipandangi seperti itu, apalagi baru pernah ia telanjang di depan si penjaga kampus itu. Atau mungkin ia sedang horny membayangkan sebentar lagi kedua pria di hadapannya ini akan menjarah tubuhnya dan memberikan kenikmatan seksual kepadanya. Kulihat pancaran wajahnya sangat bergairah. Demikian pula aku yang saat itu sangat terangsang menghadapi permainan beauty and the beast yang akan segera kami mulai.
"Yuk Pak kita mulai aja, jangan bengong gitu terus!" kuajak pria setengah baya itu segera mendekat ke Widya.
Aku kembali melepaskan pakaianku , juga kuminta hal yang sama pada Pak Akmal yang melepas pakaiannya dengan malu-malu. Kini kami bertiga dalam keadaan yang sama-sama telanjang. Kulirik penis Pak Akmal yang sudah ereksi, dari sisi ukuran memang tak jauh beda. Namun masing-masing punya kekhasan tersendiri. Punyanya kepalanya bersunat agak melengkung dan warnanya lebih gelap sedangkan punyaku menjulang dengan kokohnya.
“Hehe...Pak Akmal malu-malu tapi udah ngaceng gitu tuh” godaku
“Ya iyalah Den, masa ngeliat cewek bening kaya Non Widya telanjang gini gak tegang hehehe....ya toh Non?”
“Ah si Bapak bisa aja....yuk ke sini!! Daritadi omong terus ah” Widya menuntun tangan kami ke sofa, ia lalu menghempaskan pantatnya ke tengah sofa.
Aku ikut duduk di sebelah kirinya dan Pak Akmal di sebelah kanan. Aku memulai duluan dengan merundukkan kepalaku pada bagian dada Widya. Payudaranya yang montok kuciumi dengan seksama.
"Ouh.. Ouh.." Widya merintih kenikmatan.
Pak Akmal pun tidak mau ketinggalan, ia mengambil bagian pada wajah Widya. Diciuminya bibir Widya dengan lembutnya, bibir ranum yang selama ini hanya ada dalam bayangannya.
"Ouh.. Ogh.. Uh...!" Widya tak tahan menahan sensasi serangan dari berbagai penjuru itu, tubuhnya menggeliat ke sana ke mari, tangannya juga meraih penis kami dan mengocoknya pelan.
Sambil terus beradu bibir dengan Widya, tangan Pak Akmal meremasi payudara kanan Widya yang ranum.
"Hhhhsss....Uhhh...!" desah nafas kami yang makin tak beraturan memenuhi ruangan ini.
Sambil terus kujilat dan kuemut payudara Widya, tanganku merogoh ke bawah, ke vaginanya. Jari-jariku mengorek-ngorek liang senggamanya yang sudah sangat basah, kacang kecilnya kumain-mainkan sehingga ia makin berkelejotan menahan nikmat. kulihat Akmal mengubah posisi. Penisnya yang sudah tegang dan kepalanya disunat itu ia sodorkan ke mulut Widya yang langsung menyambutnya dengan antusias.
"Ouhh.. Ups.." Pelan dan pasti tongkat Akmal keluar masuk dari mulut Widya.. Terkadang Widya melahapnya hingga hampir mengenai telurnya.
"Eeemmmhhh...Non!" kudengar erangan Pak Akmal menahan kenikmatan dari mulut yang selama ini ia bayangkan.
Sementara aku sendiri juga mengubah posisi, kubentangkan kedua pahanya dan mengambil posisi di antaranya, penisku yang sudah tegak kucoba untuk kumasukkan ke dalam liang kenikmatan Widya.
"Aauuww... nnngggghh!" Widya berteriak tertahan menahan dorongan penisku, namun tertahan suaranya oleh penis Pak Akmal yang sedang maju mundur mengganjal mulutnya.
Kulihat wajah ttm-ku ini benar-benar cantik dan menggairahkan dengan dua batang kemaluan pria yang yang sedang memasuki lubang atas dan bawahnya. Sambil memegang sepasang paha Widya, kugerakkan penisku maju mundur, terkadang gerakan memutar mengaduk-aduk liang kenikmatan itu, sementara Pak Akmal sedang asyik memaju mundurkan penisnya di dalam mulut Widya.
"Ohh.. Ua.. Uuaoww" berbagai suara-suara tertahan serta desahan nafas memecah kesunyian malam itu.
Widya menggelinjang hebat saat mulutnya dijejali oleh penis Pak Akmal dan lubang kenikmatannya disodoki penisku. Pak Akmal, yang tadinya malu-malu, kini nampak semakin bernafsu menikmati threesome sex ini, dia meremasi rambut panjang Widya dan memompakan penisnya di mulutnya.
“Santai aja Pak, kalau cepet-cepet dikeluarin gak asyik!” kataku melihatnya begitu bergairah.
“Iyah Den ehehe...abis enak banget sih!”
Sementara tangan kanan Widya terus mengelusi batang kemaluan pria itu dan mulutnya kadang kempot menghisap-hisap penis di mulutnya.
Setelah berlangsung selama 10 menit, kemudian Pak Akmal menoleh ke arahku, meski ia tak bicara tapi aku mengerti kalau ia minta ijin kepadaku untuk tukar posisi karena ia ingin merasakan juga nikmatnya vagina Widya. Kami pun bertukar tempat. Kini aku duduk selonjoran di sofa dan meletakkan kepala Widya di selangkanganku. Widya menengok sedikit ke samping agar bisa memberi pelayanan oral pada adik kecilku ini. Pak Akmal mengambil posisi di ujung sofa lainnya. Tanpa buang waktu lagi, Widya mulai mengocok penisku dan mendekatkannya ke mulutnya. Sebentar saja penisku sudah maju mundur di dalam mulutnya, kadang kepalanya ia jilat, kadang batangnya bahkan kadang seluruhnya ia telan.
"Ouhh enak sekali Non...memekmu seret banget.. Ohh" terdengar Pak Akmal meracau merasakan nikmatnya himpitan vagina Widya.
"Wid, lu tambah cantik aja dengan wajah penuh permen gitu.. Ohh" matanya melotot saat kugodain seperti itu, tapi makin tambah nikmat.
"Bapak suka teteknya Non, montok sekali" sahut Pak Akmal sambil meraih payudara Widya dan meremasnya
"Ahh.. lu emang sip banget deh!”
Sensasi yang kami rasakan makin menjadi. Dua pasang tangan kami menggerayangi tubuh mulus temanku ini, menjalajahi setiap inci kemulusannya. Pak Akmal tengah menikmati vagina Widya, suara pelirnya yang terayun-ayun menepuk kewanitaan Widya terdengar jelas. Widya yang dilanda kenikmatan tak terhingga ini hanya bisa mendesah dan menggelinjang sambil menikmati penisku. Mata Widya berkejap-kejap tanda ia sudah mau mencapai orgasme, aku hapal betul tanda-tanda ini karena aku sering bermain cinta dengannya.
"Ohh.. Ohh.." Di saat yang sama akupun juga merasakan hal serupa, akhirnya kutumpahkan seluruh lahar panasku ke mulutnya.
Tak perlu dikatakan lagi, saat menyaksikan momen ini dan melihat ekspresi wajah Widya saat dia mengoral penisku, mendorongku dengan cepat ke puncak untuk yang kedua kalinya. Kali ini aku keluar lebih keras dan lebih lama daripada yang pernah kualami sebelumnya sehingga menyebabkan Widya gelagapan dibuatnya. Aku terus mengisi mulutnya dengan berjuta sel sperma yang segera dihisap dan ditelannya. Sebagian besar cairan itu ia telan, namun sebagian lainnya meluber keluar mulutnya karena memang cukup banyak aku memuncratkan sperma akibat terangsang berat dengan sensasi beauty and the beast yang baru saja terealisasi. Di ujung sana, Pak Akmal masih terus menggenjot vagina Widya. Tiap sodokan penisnya membuat tubuh Widya tersentak kasar, apalagi melihat genjotan pria itu yang semakin cepat di vaginanya. Ternyata Pak Akmal yang sehari-harinya tampak alim itu begitu ganas dalam bercinta. Sementara Pak Akmal terus menggejot Widya, penisku masih tetap dihisap oleh ttm-ku itu, tapi agaknya ia pun akan segera mencapai orgasme. Benar perkiraanku, tak lama kemudian....cret.. cret.. crret.. tumpahlah lahar panas Pak Akmal yang ia keluarkan di perut Widya. Cukup tahu diri juga Pak Akmal ini, sengaja ia tidak mau mengeluarkan di dalam karena takut resiko pada kehamilan Widya. Setelah beristirahat sekitar lima menitan, Pak Akmal mulai mengambil alih permainan selanjutnya sementara aku duduk di kursi komputer, break dulu sambil merokok dan menonton mereka berdua melanjutkan pergumulan di sofa.
“Yuk Non, kita duaan aja sekarang!”
Ditariknya Widya ke pelukannya dan tangannya yang satu langsung mendekap payudaranya yang sebelah kanan, sedangkan tangannya yang satu mengelus-elus punggung Widya sambil mulutnya melumat bibir indahnya dengan gemas.Mataku terus memperhatikan permainan mereka yang membuat penisku mulai tegang lagi. Setelah puas bermain-main di payudara Widya, Pak Akmal kemudian mulai menciumi pusar Widya yang ditindik itu sampai akhirnya mulai menjilati lubang vaginanya yang semakin basah. Setelah berlangsung kira-kira 20 menit, tampak Widya mulai mendekati orgasme, terlihat dari tubuhnya yang makin menggelinjang. Mengetahui hal itu, Pak Akmal kemudian mengubah posisi Widya menjadi dogie style dan mulai mengarahkan penisnya ke vaginanya yang makin merekah. Sebelum memasukkan penisnya, tidak lupa Pak Akmal menggosok-gosok kepala penisnya pada bibir vagina Widya. Badan temanku itu menggelinjang kegelian merasakan gosokan penis Pak Akmal pada vaginanya. Perlahan-lahan Pak Akmal mulai memasukkan penisnya ke vagina Widya. Widya pun berusaha membantu dengan menjulurkan tangan ke belakang dan membuka bibir vaginanya lebar-lebar. Tangan Pak Akmal yang satu memegang pinggul Widya sambil mendorong pinggulnya sendiri, sedangkan tangannya yang satu memegang batang penisnya yang ditekan masuk ke dalam vagina Widya. Sementara Pak Akmal sedang berusaha memasukkan penisnya ke dalam vagina Widya, badan temanku itu terlihat menggelinjang-gelinjang dan dari mulutnya mengeluarkan desahan-desahan seperti orang sedang kepedasan. Pada waktu Pak Akmal menekan masuk penisnya, terdengar jeritan tertahan dari mulut Widya,
"Aduuhh.., sakiitt.., Pak.., pelan-pelan.., doong".
Pak Akmal agak menghentikan kegiatannya sebentar untuk memberikan kesempatan pada Widya mengambil nafas, kemudian ia melanjutkan kembali usahanya melakukan penetrasi. Aku agak miris sekaligus terangsang melihat kondisi Widya, di samping itu melihat badan Widya yang menggeliat-geliat dan tangannya yang mencengkeram kulit sofa di bawahnya dengan kuat, sungguh membuat gairah meningkat. Pak Akmal dengan pasti tetap mendorong kemaluannya masuk secara perlahan-lahan ke dalam vagina Widya. Akhirnya sesaat kemudian, hampir seluruh kemaluan Pak Akmal masuk ke dalam liang kenikmatan temanku itu. Pak Akmal pun mulai menggerakkan penisnya keluar masuk dengan irama yang teratur, sementara Widya mengimbangi dengan menggerakkan pinggulnya.
"Ayoh Pak, iyahh teruss shh.." ceracau Widya.
Penjaga kampus itu pun tak kalah ganas, ia terus menggoyangkan pinggul dan penisnya yang dihujamkannya keluar masuk vagina Widya yang semakin lama smakin becek oleh lendir kewanitaannya sehingga menimbulkan suara decak dan mengeluarkan harum yang khas setiap kali pria itu mengayunkan pinggulnya. Tidak lama kemudian, Widya mencapai klimaks. Tubuhnya mengejang dan mulutnya mengeluarkan jeritan tertahan,
"Gua keluar nih Pak....teruss....terushhh...tusuk yang kuat!" erangnya makin tak karuan
Melihat hal itu, Pak Akmal makin mempergencar goyangannya mengimbangi goyangan Widya. Diremasnya bokong temanku itu sambil ia terus menggerayangi payudara Widya. Ia terus menghela pinggulnya berharap agar mendapatkan orgasmenya bersama-sama dengan Widya. Widya benar-benar menikmati seks beauty and the beast ini seakan-akan tak ingin mengakhirinya. Tangan kirinya melingkari leher Pak Akmal yang mencupangi lehernya. Tubuh indahnya yang masih menyatu raga bagian bawahnya itu, melenting, matanya terbelalak hingga bola matanya nyaris berputar. Mereka benar-benar sudah tak mempedulikan lagi perbedaan status antara keduanya. Tak lama kemudian Widya mendesah panjang dan cairan orgasme mengucur deras dari vaginanya semakin memperlicin keluar masuknya penis si penjaga kampus. Pak Akmal langsung menekan lebih dalam agar penisnya makin mentok masuk ke dalam vagina Widya. Ia pasti merasakan nikmat yang luar biasa penisnya dihangatkan oleh cairan vagina Widya. Dari ekspresi wajahnya yang merem-melek kupastikan ia menikmati sensasi itu sampai akhirnya....ccchhrroott...Sampailah Pak Akmal pada orgasmenya. Beberapa kali penisnya mengeluarkan lahar panas yang kental ke dalam vagina temanku, sampai-sampai cairan-cairan itu meluap keluar dari vaginanya hingga akhirnya keduanya terkulai lemas. Widya begitu menikmati sensasi saat pria itu mengeluarkan maninya di dalam vaginanya. Sementara Pak Akmal kemudian meneruskan gerakan keluar-masuk penisnya dengan kecepatan menurun dan Widya hanya diam kelelahan dengan nafas yang tidak teratur. Tapi tidak lama, tampaknya birahi Widya mulai bangkit lagi dan menggerakkan pantatnya lagi. Maklum wanita kan bisa mengalami multiple orgasme. Untuk babak kali ini, Pak Akmal mencabut penisnya dari vagina Widya dan memintanya untuk naik ke penisnya. Kemudian Pak Akmal berbaring telentang di sofa. Mengerti apa yang harus dilakukannya, Widya pun berlutut di selangkangan Pak Akmal dan mulai menurunkan vaginanya yang sudah basah kuyup itu arah penis Pak Akmal yang digenggamnya. Dengan mudah penis pria itu masuk ke dalam vaginanya, maklum setelah cukup lama barang Pak Akmal yang besar itu keluar masuk, vaginanya pasti makin berlendir dan lebih melar. Kali ini Pak Akmal cenderung pasif membiarkan Widya agar beraksi sendiri menaikkan dan menurunkan pinggulnya. Gerakannya itu membuat buah dadanya bergoyang-goyang dengan indahnya. Pria itu menjulurkan tangannya ke dada kiri Widya dan meremasnya, putingnya yang mengeras itu ia pilin-pilin. Tentu saja Widya yang sudah terangsang hebat semakin kesetanan. Ia meraih tangan Pak Akmal yang satu lagi dan diletakkan di dada kanannya. Kini pria itu menggerayangi sepasang payudara montok itu sambil menikmati goyangan sensual pemiliknya. Kenikmatan di payudaranya membuat gerakan pinggulnya tak beraturan, kadang berputar kadang naik-turun. Kemaluan Pak Akmal pun makin basah oleh cairan yang keluar dari liang kemaluannya.
"Agh.. aghh.. ssshhh!", erang Widya kenikmatan sambil memelintir putingnya sendiri.
Aku yang sejak tadi hanya menyaksikan mulai tidak tahan, aku siap memulai lagi ronde berikutnya. Maka aku pun mendekati mereka dan mengarahkan kemaluanku yang sudah sangat tegang ke mulut Widya. Dengan sangat bernafsu, ia mengulum penisku sementara Pak Akmal mulai ikut aktif menyentak-nyentakkan pinggulnya ke atas. Sekitar sepermpat jam kemudian tampaknya Pak Akmal akan segera mencapai klimaksnya dan mengerakkan pantatnya dengan sangat cepat ke atas. Widya tidak kalah liar mengimbangi gerakan pria itu dan melepaskan penisku dari mulutnya, namun tangannya tetap aktif mengocoki penisku.
"Ayo Pak Akmal sodok yang cepat.., ah.., uh" erangnya
Akhirnya Pak Akmal ejakulasi, ia mendekap erat pinggul Widya dan menekankannya dalam-dalam ke selangkangannya sehingga kelamin mereka saling menempel. Pada saat hampir bersamaan Widya pun kembali mencapai orgasme. Tak lama kemudian goyangan Pak Akmal berhenti, ia pun terbaring lemas di bawah Widya, penisnya sepertinya sudah mulai menyusut sehabis orgasme.
Pak Akmal dan Widya terbaring dengan lesu di sofa dan aku di kursi. Energi kami benar-benar terkuras dalam persetubuhan liar barusan. Tak lama kami beristirahat, Widya berinisiatif mengulum kemaluan Pak Akmal yang masih mengkerut. Sementara aku hanya memperhatikan. Service dari Widya ini tentu menyebabkan kemaluan Pak Akmal mulai membesar lagi setelah beberapa saat dikulum. Widya kemudian bangun dan duduk di pangkuan Pak Akmal, kemudian ia memasukkan penis pria itu ke vaginanya dengan posisi berpangkuan. Ia pun mulai menaik-turunkan pantatnya dengan bibir vagina mencengkeram penis Pak Akmal dengan erat. Ketika menaikkan pantatnya, bibir vaginanya turut tetarik keluar mencengkeram kemaluan Pak Akmal. Makin lama gerakan Widya makin cepat dan tak lama ia tampak mencapai orgasmenya dan menekankan pantatnya kuat-kuat sehingga penis Pak Akmal masuk seluruhnya. Setelah itu ia menarik pantatnya dan nungging di bawah sofa sambil mengulum kemaluan Pak Akmal. Dengan posisi ini, vaginanya mengarah ke arahku. Melihat pemandangan demikian, aku pun mendekatinya dan memasukkan penisku yang tegang ke vagina Widya dari belakang, sementara mulutnya sibuk mengulum kemaluan Pak Akmal. Kira-kira sepuluh menit kemudian, Widya kembali mencapai orgasmenya dan aku rasakan vaginanya menjepit penisku dengan erat. Tak lama aku pun kembali mencapai ejakulasi. Setelah itu ia mengelap vaginanya yang belepotan sperma dan cairan orgasmenya dengan tissue basah. Ia kemudian berbaring di sofa dan Pak Akmal, yang belum puas menggarapnya, kembali memasukkan penisnya ke vagina Widya. Setelah dua puluh menit kemduain, Widya kembali mencapai orgasme, saat itu juga barulah Pak Akmal pun mencapai orgasmenya. Kali ini pria itu mengeluarkan penisnya dari vagina Widya, sehingga spermanya muncrat ke payudara dan perutnya. Sambil tersenyum lemas Widya membalurkan sperma tersebut ke seluruh dada dan perutnya untuk menikmati kehangatannya, ia juga menjilati jari-jarinya yang belepotan cairan itu. Setelah itu barulah ia mengelapnya dengan tisue basah. Pak Akmal tampak kelelahan namun sangat menikmati. Ia kemudian mencium bibir Widya dan memeluknya. Widya berkata bahwa ia sangat menikmati persetubuhan liar ini dan tersenyum nakal kepadaku. Setelah cukup tenaga kami pun berpakaian kembali, sesuai janjiku aku membantu Widya merapikan berkas-berkas yang akan dipakai besok sebelum akhirnya meninggalkan kampus. Saat itu langit sudah gelap dan di kampus mungkin tinggal kami dan beberapa orang yang berkepentingan.
---------------------------------------
Seminggu kemudian
Sore jam tigaan, rapat himpunan akan segera mulai sebentar lagi. Aku menyusuri koridor mencari Widya, entah di mana dia, padahal setengah jam yang lalu sempat berpapasan dekat sini dan minta diingatkan kalau rapat sudah mulai. Kuhubungi nomornya juga tidak diangkat-angkat, kemana ya nih anak? bikin repot saja. Kucoba menghubungi nomornya sekali lagi. Nah...kali ini diangkat juga akhirnya.
“Frans....udah mulai...eeemm....meetingnya?” suara Widya terdengar agak aneh.
“Bentar lagi mulai Wid, udah pada dateng semua nih! lu dimana sih?”
“Gua agak telat...dikit ya...tolong bilang ke...yang lain...aaahh! tanggung soalnya!”
“Ngapain sih lu Wid, kok kaya lagi...hheheeh...iya kan?” aku mulai bisa menebak dari suaranya di telepon, “lagi sama siapa nih Wid? Cowoklu pulang?”
“Ngga...gua di...ruangnya Pak Akmal nih...sama dia...mmmhhh....nngghh!” ia semakin mendesah.
“Weleh...weleh...ketagihan sama Pak Akmal ni yeee!” godaku
“Iiihh....nggak...dia yang ajak, jadi guanya juga horny...aaah....aahh....gua usahain cepet...supaya ga telat amat...okkkeehh!” katanya terengah-engah.
“Oke deh lu enjoy dulu aja Wid, jangan kelamaan ya hehehe...!” aku pun lalu menutup telepon.
Rapat sudah berlangsung hampir sepuluh menit ketika pintu diketuk dan Widya masuk ke ruangan. Mukanya nampak baru dimake-up ulang dan sedikit keringat terlihat di dahi dan pelipisnya. Dia mengambil tempat di sebelahku yang kosong.
“Udah puas gitunya?” godaku setengah berbisik padanya.
Dia hanya menjawabnya dengan cubitan di pahaku dan senyuman nakalnya.
By: Lontok Dadang
0 comments:
Post a Comment