Cerita Dewasa - Aku, Sinta, Anna dan Temannya Henny | Suatu ketika aku mengambil cuti dari kantor selama seminggu atas bujukan Anna. Saat itu Dicky sedang mengikuti workshop dari perusahaannya selama dua minggu di Jerman. Rupanya Anna sudah berencana untuk berlibur ke Bali dengan mengajakku dan Sinta, keponakannya. Sinta yang juga sedang libur semesteran, tidak menolak. Apalagi ia tahu bahwa tantenya Anna telah menyediakan dana yang cukup bagi kami untuk berlibur. Henny yang kesepian juga ditelepon Anna dan diajak bersama kami.
Kami mengambil dua kamar di sebuah hotel berbintang di Denpasar. Pelayan hotel yang mengira aku dan Anna sebagai suami-isteri menawarkan kamar mewah bagi kami. Kami tidak keberatan dan mengambil president-suite, sedangkan Henny dan Sinta tidak menolak diberikan kamar standar.
Hari pertama di sana kami habiskan dengan bermain ke pantai Sanur sambil bercengkerama. Ketiga perempuan itu memakai bikini mandi di pantai bersama-sama denganku. Kami saling menyiramkan air laut dengan canda dan tawa. Sesekali kucubit pantat atau pinggul mereka satu persatu. Mereka yang tak bisa mengejarku, hanya dapat memaki dan berteriak-teriak. Malam harinya kami bertiga menikmati jamuan dinner yang romantis, sebab dengan hanya diterangi oleh cahaya beberapa lilin pada meja-meja dan obor di sekitar kami, para tamu hotel tersebut makan dan minum. Kulihat beberapa turis asing dan turis domestik makan di dekat kami. Kami berempat tidak menghiraukan mereka dan memesan makanan yang kami sukai. Pukul 20 kami memasuki ballroom hotel tersebut dan berdansa diiringi lagu-lagu klasik. Pertama-tama Anna menjadi teman dansaku, kemudian berganti dengan Henny. Sedangkan Sinta sempat berdansa dengan seorang turis asing. Saat berdansa dengan Henny sambil memeluk tubuhnya erat-erat, Anna mendekati kami dan berbisik, “Hen, Gus, yuk kita ke kamar aja …”
“Koq cepet-cepet sayang, udah nggak tahan ya?” goda Henny sambil melirik dengan seulas senyum manis.
Anna mencubit pinggul Henny sambil berkata, “Ah, paling-paling kamu juga ntar yang duluan minta kalau sudah di kamar.” Kulepaskan pelukan pada pinggul Henny dan mengikuti Anna yang sudah berjalan keluar ballroom tersebut. Henny memanggil Sinta dan tak berapa lama kulihat mereka menyusul kami menuju lift hotel tersebut. Di dalam lift, Anna memeluk leherku sambil menciumi bibirku. Kupeluk pinggangnya sambil memagut erat-erat bibirnya. Sinta dan Henny hanya tersenyum sambil berpegangan tangan melihat ulah kami berdua. Kami berjalan di koridor menuju kamarku dan Anna. Setelah menaruh tulisan “Don’t disturb” pada pegangan pintu kamar, kami masuk.
Baca Selengkapnya Disini atau KLIK DISINI.
0 comments:
Post a Comment