Cerita Berbagi Nikmat Dengan Sahabat 2

Posted by semua tentang foto bugil video bokep gambar telanjang dan cerita seks ada disini on Thursday, July 18, 2013

Cerita Berbagi Nikmat Dengan Sahabat 2 - Reisha benar-benar tersentak melihat isyarat tangan sahabatnya tersebut. Tanda tersebut sering ia lihat setiap kali Shelvi ingin menyamarkan kata “making love”. Bukan tanda itu yang mengejutkan Reisha, karena ia tahu benar kalau memang sahabatnya ini sudah sering melakukan perbuatan terlarang tersebut dengan pacar-pacarnya. Yang membuatnya terkejut adalah kenapa ia memilih kamar kosnya ini untuk berbuat mesum.

Cerita Berbagi Nikmat Dengan Sahabat 2

“Gila lu ya? Nggak boleh!”, bentak Reisha sambil tetap berbisik.

“Please Sha, gue udah nggak tahan nih, memiaw gue udah basah banget”.

“Ngapain lu nggak cari hotel aja?”.

“Nggak sempet, ntar lagi cowok gue musti ke bandara, ini juga sama sekali nggak direncanain kok tiba-tiba dateng gitu aja waktu dia grepein gue di bioskop”.

“Aduh gimana ya?”, sebenarnya Reisha ingin mengatakan tidak, namun melihat ekspresi wajah Shelvi yang begitu memelas ia pun menjadi bingung harus memberi jawaban apa.

“Please Sha, cowok gue cuma sehari ini aja bisa transit di sini, ntar malem dia musti keluar kota lagi jadi waktu gue ama dia cuma bentar banget nih”.

“Kalau ntar ada yang liat gimana? Kan gue malu juga tiba-tiba di kamar kos gue ada cowoknya?”, tempat kos Reisha ini memang hanya menerima penghuni kos wanita, sehingga aturan tentang menerima tamu laki-laki memang diatur sedikit ketat.

“Sepi gini kok? Lagian gue nggak bakal lama kok, sueeer!!!”, Shelvi mengacungkan jari tengah dan jadi telunjuknya bersamaan.

Reisha tambah bingung mendengar kata-kata sahabatnya ini.

“Lu tu bener-bener gila tau nggak?”, ucap Reisha masih tetap berbisik.

“Please Sha, please…”.

Reisha kembali mengerutkan keningnya, menandakan kebingungan yang sedang melanda dirinya saat ini.

“Please Sha”, kembali Shelvi memelas.

“I… iya deh”, ucap Reisha ragu. Ia sendiri tidak tahu kenapa kata-kata persetujuan tersebut bisa keluar dari mulutnya.

“Thanks Sha, lu emang temen gue yang paling baik”.

Shelvi langsung memonyongkan bibirnya hendak mencium sahabatnya ini, namun dengan segera Reisha menghentikan perbuatannya tersebut. “Horny sih horny, tapi lu jangan sosor gue kayak gitu dong!”.

“Hehehe… sorry abis kalo lagi horny gue emang suka lupa diri sih”.

“Trus gue musti kemana dong?”, Reisha kembali bingung. Tentu saja ia harus bingung, karena jika kamarnya sedang “dipakai” oleh sahabatnya ini tentunya ia tidak bisa berada di tempat yang sama juga bersama mereka.

“Lu kemana kek, makan kek, nonton kek, nih gue kasi lu ongkos deh”.

Shelvi mengeluarkan beberapa lembar uang lima puluh ribuan dari dompetnya. Gadis cantik ini memang tergolong cukup beruntung untuk bidang keuangan. Memiliki orang tua seorang pengusaha sukses tentunya membuat isi dompetnya hampir tidak pernah kosong, bahkan kalau tidak boleh dibilang berlebih.

“Hhhmm… kemana ya?”.

Reisha nampak mengerutkan dahinya.

Melihat sahabatnya belum juga beranjak dari tempatnya, langsung saja Shelvi mengajukan protes, “Udah ah lu pikirin sambil jalan aja! Dah kebelet nih!”.

“Eh… iya… iya…”, Reisha langsung beranjak dari atas ranjang, disusul kemudian oleh Shelvi.

Mereka berdua kemudian melangkah menuju pintu.

“Ya udah kalo gitu gue keluar bentar ya Vi”, Reisha melambaikan tangan ke arah sahabatnya yang kini terlihat berdiri di depan pintu kamar kosnya.

“OK, ati-ati ya Sha”, Shelvi melempar sebuah senyum penuh makna, yang mana hanya mereka berdua yang mengerti.

Sebelum beranjak, Reisha melempar senyum kecil juga ke arah laki-laki yang diakui sebagai pacar oleh sahabatnya tersebut. Laki-laki itu pun kemudian membalas dengan senyuman kecil pula. Lalu Reisha berjalan menuju tempat parkir dimana semua sepeda motor para penghuni kos terparkir

Setelah tiba di samping sepeda motornya, sekilas gadis cantik itu menengok kembali ke arah kamar kosnya. Tidak terlihat lagi Shelvi dan cowoknya disana. Bahkan kini pintu kamar kosnya sudah tertutup rapat. Shelvi memang pernah bercerita tentang cowok barunya, namun ia belum bertemu dengan pacar baru sahabatnya tersebut secara langsung. Apakah cowok ini yang dimaksud oleh sahabatnya tersebut? Ia sama sekali tidak tahu.

Hampir beberapa menit Reisha berdiri disamping sepeda motornya. Mengetahui kalau saat ini mungkin sahabatnya sedang bercinta di dalam kamar kosnya, justru membuat gairah di dalam dirinya yang tadi sempat muncul kini kembali bergejolak. Tak terasa vaginanya kembali berdenyut-denyut dan payudaranya terasa mengeras seperti yang ia alami beberapa menit yang lalu ketika melakukan masturbasi. Tiba-tiba di saat itu pula di dalam otak gadis cantik itu terbersit sebuah ide gila untuk mengintip kegiatan sahabatnya tersebut di dalam kamar. Tidak etis memang mengintip sahabat sendiri yang sedang bercinta, namun gejolak nafsu Reisha yang sudah tidak bisa tertahan lagi menghilangkan semua pikiran waras di dalam otaknya.

“Sha, lu nggak boleh ngelakuin itu, itu sama aja lu itu mempermalukan sahabat lu sendiri!”, suara kata hati malaikat di dalam diri Reisha berteriak-teriak di telinga kanannya.

“Halah… liat dikit emang kenapa? Itu juga kan kamar lu Sha? Siapa suruh ngent*t di kamar orang!”, di saat yang sama suara kata hati iblis di dalam dirinya pun juga tidak mau kalah terdengar menggema di telinga kirinya.

“Tetep nggak boleh Sha, lu harus menghargai privasi orang dong!”.

“Tai kucing tuh privasi! Sedeng asyik ngent*t gitu paling juga mereka nggak bakal sadar lu intipin Sha!”.

“Nggak boleh!”.

“Boleh!”.

Nggak bisa!”.

“Bisa!”.

Suara hati malaikat dan iblis kini terus menggema di dalam kepada Reisha, seakan-akan mencoba memberikan “nasehat” jalan terbaik yang harus ia lakukan saat ini.

“Udah… udah… udah… pada bisa diem nggak sih?”, Reisha menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berteriak di dalam batinnya. Kepalanya terasa mau pecah mendengar kata hatinya sendiri yang terus berteriak-teriak di dalam kepalanya secara bergantian. Setelah suara-suara itu tidak terdengar lagi di kepalanya, Reisha menarik nafasnya panjang dan berdiam diri sesaat. Akhirnya gadis cantik itu pun memilih untuk mengendap-endap menuju kamar kosnya sendiri. Saat ini sisi iblis Reisha pastilah sedang tertawa lantang penuh kemenangan.

Jika saja ada yang melihat Reisha sedang berjalan mengendap-endap menuju kamar kosnya sendiri seperti saat ini, tentu akan menimbulkan tanda tanya dan kecurigaan. Bersyukur sore ini tempat kos Reisha nampak begitu sepi, karena memang diakhir pekan rata-rata penghuni kos kembali ke rumah mereka masing-masing untuk bersua dengan keluarga. Sedangkan untuk penghuni kos yang tidak kembali ke rumah seperti Reisha kini sebagian besar sedang melaksanakan aktifitas mereka masing-masing di luar kosan. Reisha sendiri masih berada di kosannya karena kebetulan siang tadi ia harus mengambil kuliah tambahan sehingga akhirnya memilih tetap tinggal di kosan.

Di depan jendela kamarnya, Reisha mencoba mencari celah yang terbuka diantara tirai yang tertutup. Memang ada sedikit celah yang tersisa, namun tidak cukup lebar untuk bisa melihat apa yang terjadi di dalam. Beberapa kali dari dalam kamar terdengar tawa cekikikan kecil dan suara desahan manja. Suara tawa itu pastilah suara Shelvi bersama pacarnya. Reisha masih terus berusha mendongak-dongakkan kepalanya di depan jendela, sampai tiba-tiba…“Duaar!!!”, tirai penutup jendela tersebut tersibak dan muncullah wajah Shelvi dari balik jendela.

Wajah Reisha langsung terlihat merah padam karena ketahuan mengintip.

Belum hilang rasa terkejut Reisha, dengan santainya Shelvi menutup kembali tirai tersebut dan kemudian gadis cantik itu keluar dari kamar dengan tubuh hanya berbalut handuk hijau milik Reisha.

“Daripada lu ngintipin gue, mending lu gabung aja”.

Reisha begitu tersentak mendengar kata-kata sahabatnya tersebut. Saat ini ia merasa seperti tersambar petir puluhan ribu volt.

“Vi, nggak! Jangan!”, Reisha berusaha bertahan ketika Shelvi menarik tangan kanannya untuk mengajaknya masuk ke dalam kamar.

“Udah… hayo!”.

“Nggak Vi!”.

“Hayo dong…!”, Shelvi terus memaksa.

Setelah cukup lama saling menarik tangan masing-masing akhirnya Reisha pun tidak kuat lagi melawan tarikan sahabatnya itu. Ia pun tertarik masuk ke dalam kamar.

“Aaakkhh…!”, begitu masuk ke dalam kamar Reisha langsung berteriak dan menutup matanya dengan kedua telapak tangannya.

Bagaimana tidak berteriak. Di atas ranjangnya kini terlihat seorang laki-laki sedang terduduk santai dengan hanya mengenakan kaos tanpa tambahan apapun lagi sebagai penutup bagian bawah tubuhnya. Di bagian selangkangan laki-laki tersebut mengacung tegak sebuah batang yang berukuran sangat besar.

“Halah, gaya lu tu kayak baru pertama kali aja ngeliat tongkol hehe…”, Shelvi dengan santainya berkata seronok kepada sahabatnya tersebut setelah menutup pintu kamar.

Wajah Reisha semakin memerah mendengar kata-kata Shelvi tersebut. Memang benar apa yang dikatakan sahabatnya ini, karena penis bukanlah hal asing bagi mereka berdua. Namun dalam hal ini jelas berbeda. Laki-laki yang kini terbaring di ranjangnya jelas-jelas baru saat ini ia jumpai untuk pertama kalinya. Tentu akan sangat aneh apabila tiba-tiba saja di saat itu juga ia harus melihat penis laki-laki yang baru saja ia kenal tersebut.

Shelvi dengan santainya berjalan mendekati ranjang kemudian naik ke atasnya. Ia lalu mencium bibir laki-laki tersebut sambil memeluknya.

“Ric, Reisha mau gabung bareng kita nih, boleh ya?”.

Laki-laki itu hanya tersenyum kecil, “Boleh kok”.

Shelvi membalas dengan senyuman pula. Dikecupnya sekali lagi bibir pacarnya tersebut, kemudian beranjak turun dari ranjang dan kembali mendekati Reisha. Reisha sendiri masih terlihat berdiri mematung dengan ekspresi penuh kehampaan.

“”Ayo dong!”, kembali Shelvi menyeret tangan Reisha mendekat menuju ranjang.

“Nggak Vi, gue nggak mau”.

“Halah, jangan malu-malu gitu ah! Norak tau…”.

“Nggak Vi, bener gue nggak bisa”, Reisha terus berusaha bertahan.

Shelvi pun akhirnya hanya melengos dan melepaskan tangan Reisha setelah tidak mampu memaksa kembali sahabatnya tersebut untuk mendekati ranjang.

“Ya udah, kalo gitu lu disini aja”.

Shelvi kembali berjalan menuju ranjang. Sebelum naik ke atas ranjang ia melepaskan handuk yang melilit tubuhnya. Terlihatlah kini tubuh sintal itu hanya terbalut celana dalam putih beraksen garis-garis pink. Rupanya sebelum memergoki Reisha tadi, mereka berdua sudah sempat melepaskan beberapa lembar pakaian yang mereka kenakan. Pakaian-pakaian tersebut kini ada yang tergeletak di atas ranjang ataupun di lantai kamar. Gadis cantik itu lalu merangkak naik ke atas ranjang dan kembali memeluk tubuh pacarnya.

“Lanjut yuk!”. ..... bersambung...

Jangan lewatkan :
Cerita Berbagi Nikmat Dengan Sahabat Bagian : 1 - 2 - 3 - 4

Blog, Updated at: 1:44 PM

0 comments:

Post a Comment

Kategori

Paling Populer

Daftar isi